Minggu, 05 Mei 2013

Wisata Spiritual Batu Cawan

Sumber: www.gobatak.com

Batu Cawan (batu sawan) yang terdapat disisi kaki pegunungan Pusuk Buhit di kecamatan Sianjur Mulamula adalah salah satu objek budaya Batak yang dianggap suci. Dianggap suci karena menurut sejarah, tempat inilah orang Batak percaya bahwa Raja Uti tinggal. Dimana diyakini bahwa dulunya raja-raja yang tinggal di daerah Pusuk Buhit menjadikan tempat pemandian yang suci.
Sekitar tahun 1996 tempat ini ditemukan oleh seorang bermarga Limbong lewat mimpi. Setelah ditelusuri ada suatu aliran air yang muncul dari permukaan tanah yang mengalir dari celah pebatuan melintasi tebing menjadikan air terjun kecil ke sebuah batu berbentuk seperti cawan besar. Yang pada ahkirnya kemudian tempat ini dipercaya tempat suci dan dikeramatkan digunakan tempat upacara ritual.
Ada keunikan dari tempat ini, dimana terbukti air yang mengalir sampai batu cawan (batu sawan) memiliki rasa. Tidak seperti air biasa, air di batu cawan (batu sawan) rasanya seperti air yang diberi perasan jeruk purut dan kecut-kecut serta segar alami. Batu Cawan (batu sawan) dipercaya airnya dapat menyembuhkan penyakit.
Orang Batak yang tinggal di daerah itu menyebutnya sebagai air berkah. Tempat ini menjadi salah satu tujuan orang Batak melaksanakan ritual. Yang jelas tempat ini mulai ramai dikunjungi sebagai tempat mengadakan acara ritual, baik yang berasal dari masyarakat sekitar, lokal bahkan dari luar negeri untuk berziarah.

Prosesi Ritual Batak Di Batu Cawan

Ada beberapa syarat jika anda ingin mengunjungi dan berziarah ke Batu Cawan (batu sawan). Daun sirih atau demban dan jeruk purut pilihan, selebihnya semua jalannya ritual akan dipandu juru kunci tempat tersebut oleh Ama Dapot Limbong. Lebih kurang 30 menit jarak yang ditempuh melalui jalan setapak yang sudah disemn rapi menujuk Batu Cawan (batu sawan). Tentunya persiapan yang lebih utama adalah kesiapan fisik karena rute yang akan dilalui menanjak. Serta kesiapan hati, tulus dan iklas.
ritual-doa-batu-cawanritual-doa-batu-cawan-2ritual-doa-batu-cawan-1 
Sesampainya di lokasi Batu Cawan (batu sawan), juru kunci dalam hal ini adalah A. Dapot Limbong akan menyiapkan segala sesuatunya, mulai mengenaikan pakaian hitam, memakai ulos dan mandar (sarung). Pengunjung yang akan mengikuti ritual tersebut terlebih dahulu memberikan persembahan (uang) dengan iklas juga tentunya, lalu masing-masing pengunjung akan diberi demban (daun sirih) untuk dipegang.
Juru kunci akan memulai ritualnya dengan memanjatkan doa serta menyampaikan niat-niat dan tujuan pengunjung dimana sudah diberitahukan kepada juru kunci sebelumnya. Dengan memangil Sumangot Ni Ompu Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) agar keinginan dan doa dipanjatkan di Pasu-pasu (direstui).
Lama ritual tergantung kepada keinginan-keingan dari pengunjung apa saja yang patut disampaikan. Dipenghuju ritual, juru kunci akan mengakhiri doanya serta menyarankan kepada pengunjung memanjatkan doa masing-masing (doa permintaan)/ tambahan), lalu meletakkan demban (daun siri) ke atas batu tempat persembahan didalam tandok kecil.
Air perasan jeruk purut yang dicampur dengan air yang berasal dari Batu Cawan (batu sawan) yang juga diletakkan bersamaan tandok persembahan tadi diminum secukupnya. Namun tidak menjadi keharusan untuk meminum air jeruk purut tersebut semua tergantung keinginan dan selera masing-masing. Barulah setelah ritual doa tersebut pengunjung disarankan “Marsuap” atau cuci muka di tepi Batu Cawan – tidak diperkenankan masuk kedalam Batu Cawan (batu sawan) untuk Marsuap atau mandi.

Jumat, 03 Mei 2013

Sungai Batang Angkola Meluap Rusak Tanaman Masyarakat

Sungai Batang Angkola yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan kemarin tanggal 2 Mei 2013 meluap dan merendam ratusan hektar tanaman produktif masyarakat berupa tanaman padi, jagung, pisang, ubi kayu dan lain-lain.
Tepatnya di desa Parmonangan - Payasomanggal yang berbatasan dengan Kabupaten Madina, Sumatra Utara. Adapun luapan itu diakibatkan turunnya hujan deras sepanjang sore dan malam di daerah Padangsidempuan dan sekitarnya sehingga mengakibatkan sungai Batang Angkola tidak mampu lagi menampung limpahan air hujan tersebut. Sampai berita ini diturunkan, hujan masih terus turun di hari Jumat sore 3 Mei 2013 hingga malam hari. 

Proyek irigasi yang terlantar
Diakui masyarakat setempat bahwa daerah ini merupakan langganan banjir setiap tahun dan hingga saat ini masyarakat belum merasakan manfaat campur tangan pemerintah di dalam mengatasi masalah ini. Bahkan desa Morang yang dulunya didiami puluhan kepala keluarga sudah hilang dan tinggal sejarah karena ditinggal penduduk yang selalu menjadi korban banjir Batang Angkola.

Adapun proyek irigasi di daerah ini terlantar bertahun-tahun sehingga masyarakat tidak bisa memaksimalkan lahan pertanian dan perkebunan mereka.
Masyarakatpun sangat mendambakan sawah dan desa mereka bebas banjir sehingga desa mereka bebas dari kemiskinan yang mendera bertahun-tahun. Masyarakat setempat juga menambahkan bahwa pemerintah kurang memperhatikan mereka karena desa mereka terletak diperbatasan antara Tapanuli Selatan dan Madina. Desa tersebut berada di Kabupaten Tapanuli Selatan namun yang memiliki lahan banyak yang dari kabupaten Madina sehingga antara kedua pemerintahan daerah merasa enggan untuk membangun infrastruktur di desa tersebut seperti misalnya irigasi yang baik serta jalan yang tidak pernah diperbaiki.