Minggu, 25 Januari 2015

Supplier Kopi Arabika Di Bali, 081284250656


Kami UD. Tobali Sejahtera adalah pendistribusi kopi organik asli dari varietas unggul dari Lintong di Bali. Kami saat ini bisa mensuplai kopi baik masih mentah (green bean) maupun yang sudah digongseng (roasted bean). Selain kopi unggulan dari Sumatra tersebut kami juga bisa mensuplai kopi Toraja berupa biji gongseng. Untuk pemesanan biji kopi gongseng adalah minimum 10 kilogram dan untuk green bean adalah minimum 50 kilogram. Silakan hubungi 081284250656 untuk informasi selengkapnya. Terima kasih (Rob).

Rabu, 19 November 2014

Kemenyan Sumatra di Bali

Penyimpanan dan pengeringan getah kemenyan
Kemenyan sejak dahulu kala sudah dipakai oleh manusia dalam hal pengawetan, sembahyang, aroma terapi dan lain-lain. Seiring perkembangan zaman maka pengolahan kemenyan untuk produk-produk kecantikan pun semakin banyak ditemukan. Saat ini kemenyan banyak dipakai sebagai unsur utama pembuatan parfum/kosmetik, media penyembuhan di spa-spa bahkan untuk pabrik rokok kemenyan dipakai untuk pengharum tembakau.

Kemenyan terbaik berasal dari Sumatra Utara yang tersebar di beberapa kabupaten seperti Humbang Hasundutan, Pakpak, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Untuk produk kemenyan dari Sumatra Utara kebanyakan dipakai untuk bahan pengharum tembakau dan untuk ini banyak dikirim ke Jawa Tengah. Dan untuk pasar internasional kebanyakan dikirim ke Singapura. Selanjutnya didistribusikan ke seluruh dunia oleh pengusaha-pengusaha Singapura dengan harga yang jauh lebih mahal. Sehingga manisnya kemenyan justeru lebih banyak dinikmati oleh pengusaha luar negeri.

Penyadapan getah di hutan
Untuk produk sembahyang banyak dipakai oleh masyarakat beretnis Tionghoa, Bali dan sebagian kecil dipakai oleh kalangan gereja Katolik maupun pelaku spiritual.

Untuk lebih menyebarkan produk kemenyan berkualitas tinggi,khususnya di Bali maka UD. Tobali Sejahtera berinisiatif menjadi penyalur kemenyan dalam bentuk masih mentah belum diolah menjadi dupa. Sekaligus menerapkan misi untuk membantu memasarkan produk petani dari sekitar daerah Tapanuli.

Untuk pemesanan produk ini bisa menghubungi nomor telepon 081284250656

Selasa, 07 Oktober 2014

Tobali Coffee, Kopi dari Toba di Bali


Kami dengan bangga mempersembahkan kopi yang asli dari Toba (Humbang Hasundutan) yang diperoleh dari petani kopi organik KSU POM Humbang yang beralamat di desa Nagasaribu Lintong Nihuta. Dengan niat membantu petani kopi yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, maka kami dengan kemampuan yang kami miliki mencoba membantu pemasaran produk kopi mereka dengan harga yang sesuai dengan harga Fair Trade. 



Target utama dari pemasaran di Bali ini adalah para pemilik kafe dan individu expatriate yang sangat mendambakan produk kopi berkualitas. Oleh karena itu kami membuat brand tersendiri yakni Tobali Coffee yang mana nama tersebut adalah pengadopsian dua daerah yakni Toba sebagai sorga pertanian kopi organik dan Bali sebagai sorga destinasi wisata dunia.

Kami berharap dengan adanya sambutan pasar terhadap produk ini bisa membantu para petani kita yang berada nun jauh di bona pasogit (kampung halaman). Selain kopi organik arabika, kami juga menjual kopi luwak liar asli.

Sabtu, 06 September 2014

Bibit Singkong Gajah Sumatra

Saat ini kami sudah bisa menyediakan bibit singkong gajah hingga 5000 stek yang masing-masing stek berukuran 20 sentimeter. Namun untuk menjaga kesegaran bibit maka kami akan menyediakan bibit dalam ukuran 1 meter (dihitung 5 stek) dan untuk memudahkan pengiriman ke alamat tujuan. Alamat kami berada di Desa Pintupadang, Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Kota Padangsidempuan.

Bagi yang ingin memesan bibit, silakan hubungi kami di email media.spot@yahoo.com atau bisa sms ke 081284250656. Harga yang kami kenakan saat ini adalah Rp. 1000/stek di luar onkos kirim. Ongkos kirim akan disesuaikan dengan tarif yang dikenakan oleh perusahaan pengangkutan.

Singkong Gajah Sumatra

Panen perdana seberat 27 kg tanpa perawatan memadai.
Singkong gajah adalah varietas unggulan ubi kayu yang aslinya berasal dari Kalimantan Timur. Adalah Prof Dr Ristono MS, peneliti dari Universitas Mulawarman (Unmul) menemukan tanaman ini pada 1992. “Sebetulnya tanaman ini sudah lama tumbuh di Kaltim. Saya menemukannya di beberapa tempat, seperti Manggar (Balikpapan) dan Marangkayu (Kukar). Tapi varietas singkong gajah ini hanya dijumpai di wilayah Kaltim,” tutur Ristono.Cara tanam singkong ini sangat mudah, dengan sistem stek bisa tumbuh. Batang singkong dipotong lalu ditancapkan dalam tanah yang gembur. Hasilnya pun berbeda dengan singkong biasa yang ditanam menggunakan proses okulasi atau dicangkok. “Dalam jangka sembilan bulan, kalau singkong biasa hasil panennya 2-3 kg dalam satu pokok, maka dengan singkong gajah bisa mencapai 10-20 kg,” jelasnya.Bersama BEC, Ristono ingin membudidayakan singkong gajah ini di Samarinda. Pilot project- nya di Barambai, Sempaja Utara dengan lahan seluas 2 hektare (ha). Minggu depan bakal dimulai penanaman bibit. Keunggulan tanaman ini bukan hanya perawatannya yang mudah, namun juga kebal terhadap hama.“Rasanya juga lebih gurih, seperti ada menteganya. Teksturnya juga sangat lunak tidak seperti singkong biasa yang keras,” tambahnya. Singkong ini tak hanya bisa diolah menjadi tepung tapioka tapi juga dapat menghasilkan produk bio-etanol sebagai bahan bakar kendaraan. Untuk menghasilkan bahan bakar, singkong ini mesti diolah melalui proses distilasi (penyulingan). Bertolak dari cerita kesuksesan bertanam singkong oleh petani di Samarinda, maka kami juga ingin membuktikan keberhasilan mereka di daerah kami di Sumatra Utara. Namun bibit yang kami dapat tidaklah langsung dari Kalimantan Timur berhubung biaya transportasi yang begitu mahal. Dan melalui pencarian di internet maka kami menemukan bibit singkong ini di Lampung Timur. 

Kisah Sedih Bertanam Singkong Gajah

Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu kami terpaksa bertanam bibit yang sudah kami ambil dari Lampung Timur tersebut. Di bawah terik matahari kami menanam singkong ini dengan resiko bibit akan mengalami kekeringan. Namun banyak di antara bibit yang bisa bertahan hingga guyuran hujan membantu mereka bertumbuh. Tiga bulan pertama singkong kami bertumbuh dengan baik di atas lahan yang sudah bertahun-tahun tidak dikelola. Namun, di bulan ke empat malapetaka datang, banjir bandang menghantam lahan kami selama dua hari terbenam dan hari ketiga sudah mengering namun singkong sudah layu daunnya.Tidak ada pilihan lain sebagian singkong rontok daunnya namun setelah seminggu ada tunas-tunas baru muncul sehingga kami membiarkan saja demikian. Hingga di bulan Oktober 2013 kami mulai bisa memanen singkong kami. Meskipun banyak ubi yang membusuk namun ada sebagian yang masih bisa kami dapatkan hasilnya seperti gambar di atas. Dalam usia yang kurang lebih 7 bulan kami bisa mendapatkan ubi yang rata-rata berbobot 20 kilogram per batang.

Tidak Kapok

Belajar dari pengalaman yang menyedihkan malah membuat kami semakin penasaran untuk membuktikan manisnya bertanam singkong. Sebagian bibit kami bawa ke daerah Saribu Dolok di Simalungun. Dengan kondisi tanah yang subur dan bebas banjir maka kami optimis hasil yang didapatkan akan lebih bagus. Namun kami tidak menanam banyak karena lahan yang tersedia juga tidak luas namun untuk perbanyakan bibit kelak bisa untuk memenuhi kebutuhan kami. Semoga panen di penghujung tahun ini akan membawa rejeki buat kami.

Selasa, 01 Oktober 2013

Jumat, 30 Agustus 2013

Benteng Huraba

Benteng Huraba adalah sebuah benteng pertahanan di saat pasukan Brimob melakukan pertempuran melawan penjajahan Belanda. Benteng ini menjadi saksi dimana para pejuang dengan gigih melakukan pertempuran melawan tirani penjajahan. Benteng Huraba berlokasi di desa Pintupadang yang berbatasan dengan desa Huraba. Berada tidak jauh dari Mapolsek Batang Angkola di Pintupadang. Monumen benteng ini dibangun pada tahun 80-an disaat penulis masih duduk di bangku sekolah dasar di desa Pintupadang. Pada saat peresmian benteng ini, bertempat di lapangan sepak bola Pintupadang diadakan simulasi pertempuran yang menggambarkan situasi perang saat itu. Di benteng inilah telah gugur beberapa anggota Brimob dan pejuang-pejuang pada saat pertempuran terjadi. Nama-nama pejuang yang gugur itu diabadikan pada prasasti yang terdapat di tengah-tengah monumen yang menyerupai biduk kastel dalam permainan catur. Saat ini, Benteng ini menjadi arena favorit bagi masyarakat khususnya anak remaja berrekreasi. Di monumen ini terdapat juga dua buah meriam dan relief pertempuran. Belum lama ini, Benteng Huraba mendapat kunjungan napak tilas pasukan Brimob seperti yang diberitakan di salah satu surat kabar lokal Metro Siantar. TAPSEL – Estapet tim ‘Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri dari Sabang sampai Merauke’ tiba di monumen perjuangan kemerdekaan Benteng Huraba, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (26/8). Tim yang dipimpin Kepala Satuan (Kasat) Brimob Polda Sumatera Utara Kombes Pol Ahmad Subarkah SIk MH, sebelumnya berada di Kota Sibolga dan telah dilakukan serah terima estafet regu dari Brimobdasu Detasemen B kepada Detasemen C. Dalam perjalannya, regu napak tilas tersebut akan mengunjungi situs-situs sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa di Sumut dan seluruh nusantara. Dimana peserta napak tilas yang melakukan estapet tersebut memulai perjalanan dari Sabang (Nangroe Acah Darussalam) dan akan berakhir di Merauke (Papua). Kegiatan dilakukan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan dimulai sejak 21 Agustus sampai 14 November 2013, bertepatan dengan HUT Brimob. Dalam menjalankan kegiatan, ada 619 regu peserta napak tilas di seluruh Indonesia dan akan menempuh jarak 8.174 kilometer. “Di Sumut, napak tilas berlangsung tiga hari. Diikuti 73 regu dengan rute sepanjang 753 kilometer, mulai batas Provinsi Aceh sampai batas Sumatera Barat. Selama perjalanan, kita mengunjungi makam Sisingamangaraja dan Benteng Huraba,” kata Kasat Brimobdasu. Dikatakan, dalam perjalanannya, regu napak tilas membawa duplikat Bendera Merah Putih, Panji Tribarata, Pataka Korps Brimob, Surat Pernyataan Polisi Istimewa, Surat Perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Pedang Polisi Istimewa. Lebih lanjut Kasat Brimob Poldasu ini mengatakan, Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara 1 Juli yang lalu, Proklamasi Kemerdekaan RI ke 68, dan Hari Jadi Korps Brimob Polri ke-68 pada 14 November mendatang. Dimana, tujuan pelaksanaannya adalah untuk menumbuhkan dan membangkitkan semangat juang, patriotisme dan soliditas insan Bhayangkara dalam menghadapi perkembangan dinamika masyarakat yang semakin kompleks. Pantauan METRO, sebelum upacara resmi di Benteng Huraba, rombongan terlebih dulu istirahat di Polsek Batang Angkola. Hadir dalam kegiatan itu Wakil Bupati Tapsel Aldinz Rapolo Siregar, Dandim 0212/TS Letkol Inf AT Chrishardjoko, Danyonif 123/RW Mayor Inf Uyat SIP, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal A Engahu, Wakapolres Padangsidimpuan Kompol D Panggabean, Ketua MUI Tapsel, Asisten I Pemko Psp, Kaden B Brimob Poldasu, Wakaden C Brimob, jajaran Polres Tapsel, Jajaran Polres Kota Psp, Detasemen C Brimob Poldasu, tokoh masyarakat Tapsel Sutor Siregar, camat Tantom Angkola dan lainnya. “Terimakasih karena menjadikan Tapanuli Selatan sebagai salah satu rute napak tilas ini. Semoga dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini, semangat juang para pahlawan di Benteng Huraba dapat mengalir di darah kita semua,” ujar Wabup Tapsel. Sementara dalam upacara di Benteng Huraba, Kasat Brimobdasu Kombes Pol Ahmad Subarkah SIkMH, bertindak sebagai pimpinan upacara. Kapolres Tapsel didaulat membacakan Surat Pernyataan Polisi Istimewa dan Dandim 0212/TS membacakan Surat Perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman. Selanjutnya Kasat Brimobdasu melepas regu Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri di depan Benteng Huraba menuju Muara Sipongi, Mandailing Natal (Madina). Nantinya di perbatasan Provinsi Sumbar, akan dilakukan serah terima dengan regu napak tilas dari Sat Brimob Polda Sumut ke regu Sat Brimob Polda Sumbar. “Sejarah jangan sampai putus, tumbuhkan jiwa patriotisme, tumbuhkan solidiritas insan Bhayangkara, NKRI adalah harga mati!,” pesan Kombes Ahmad Subarkah kepada regu napak tilas sesaat dilepas. (ran)