Selasa, 01 Oktober 2013

Jumat, 30 Agustus 2013

Benteng Huraba

Benteng Huraba adalah sebuah benteng pertahanan di saat pasukan Brimob melakukan pertempuran melawan penjajahan Belanda. Benteng ini menjadi saksi dimana para pejuang dengan gigih melakukan pertempuran melawan tirani penjajahan. Benteng Huraba berlokasi di desa Pintupadang yang berbatasan dengan desa Huraba. Berada tidak jauh dari Mapolsek Batang Angkola di Pintupadang. Monumen benteng ini dibangun pada tahun 80-an disaat penulis masih duduk di bangku sekolah dasar di desa Pintupadang. Pada saat peresmian benteng ini, bertempat di lapangan sepak bola Pintupadang diadakan simulasi pertempuran yang menggambarkan situasi perang saat itu. Di benteng inilah telah gugur beberapa anggota Brimob dan pejuang-pejuang pada saat pertempuran terjadi. Nama-nama pejuang yang gugur itu diabadikan pada prasasti yang terdapat di tengah-tengah monumen yang menyerupai biduk kastel dalam permainan catur. Saat ini, Benteng ini menjadi arena favorit bagi masyarakat khususnya anak remaja berrekreasi. Di monumen ini terdapat juga dua buah meriam dan relief pertempuran. Belum lama ini, Benteng Huraba mendapat kunjungan napak tilas pasukan Brimob seperti yang diberitakan di salah satu surat kabar lokal Metro Siantar. TAPSEL – Estapet tim ‘Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri dari Sabang sampai Merauke’ tiba di monumen perjuangan kemerdekaan Benteng Huraba, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (26/8). Tim yang dipimpin Kepala Satuan (Kasat) Brimob Polda Sumatera Utara Kombes Pol Ahmad Subarkah SIk MH, sebelumnya berada di Kota Sibolga dan telah dilakukan serah terima estafet regu dari Brimobdasu Detasemen B kepada Detasemen C. Dalam perjalannya, regu napak tilas tersebut akan mengunjungi situs-situs sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa di Sumut dan seluruh nusantara. Dimana peserta napak tilas yang melakukan estapet tersebut memulai perjalanan dari Sabang (Nangroe Acah Darussalam) dan akan berakhir di Merauke (Papua). Kegiatan dilakukan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan dimulai sejak 21 Agustus sampai 14 November 2013, bertepatan dengan HUT Brimob. Dalam menjalankan kegiatan, ada 619 regu peserta napak tilas di seluruh Indonesia dan akan menempuh jarak 8.174 kilometer. “Di Sumut, napak tilas berlangsung tiga hari. Diikuti 73 regu dengan rute sepanjang 753 kilometer, mulai batas Provinsi Aceh sampai batas Sumatera Barat. Selama perjalanan, kita mengunjungi makam Sisingamangaraja dan Benteng Huraba,” kata Kasat Brimobdasu. Dikatakan, dalam perjalanannya, regu napak tilas membawa duplikat Bendera Merah Putih, Panji Tribarata, Pataka Korps Brimob, Surat Pernyataan Polisi Istimewa, Surat Perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Pedang Polisi Istimewa. Lebih lanjut Kasat Brimob Poldasu ini mengatakan, Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara 1 Juli yang lalu, Proklamasi Kemerdekaan RI ke 68, dan Hari Jadi Korps Brimob Polri ke-68 pada 14 November mendatang. Dimana, tujuan pelaksanaannya adalah untuk menumbuhkan dan membangkitkan semangat juang, patriotisme dan soliditas insan Bhayangkara dalam menghadapi perkembangan dinamika masyarakat yang semakin kompleks. Pantauan METRO, sebelum upacara resmi di Benteng Huraba, rombongan terlebih dulu istirahat di Polsek Batang Angkola. Hadir dalam kegiatan itu Wakil Bupati Tapsel Aldinz Rapolo Siregar, Dandim 0212/TS Letkol Inf AT Chrishardjoko, Danyonif 123/RW Mayor Inf Uyat SIP, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal A Engahu, Wakapolres Padangsidimpuan Kompol D Panggabean, Ketua MUI Tapsel, Asisten I Pemko Psp, Kaden B Brimob Poldasu, Wakaden C Brimob, jajaran Polres Tapsel, Jajaran Polres Kota Psp, Detasemen C Brimob Poldasu, tokoh masyarakat Tapsel Sutor Siregar, camat Tantom Angkola dan lainnya. “Terimakasih karena menjadikan Tapanuli Selatan sebagai salah satu rute napak tilas ini. Semoga dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini, semangat juang para pahlawan di Benteng Huraba dapat mengalir di darah kita semua,” ujar Wabup Tapsel. Sementara dalam upacara di Benteng Huraba, Kasat Brimobdasu Kombes Pol Ahmad Subarkah SIkMH, bertindak sebagai pimpinan upacara. Kapolres Tapsel didaulat membacakan Surat Pernyataan Polisi Istimewa dan Dandim 0212/TS membacakan Surat Perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman. Selanjutnya Kasat Brimobdasu melepas regu Napak Tilas Sejarah Perjuangan Bhayangkara Polri di depan Benteng Huraba menuju Muara Sipongi, Mandailing Natal (Madina). Nantinya di perbatasan Provinsi Sumbar, akan dilakukan serah terima dengan regu napak tilas dari Sat Brimob Polda Sumut ke regu Sat Brimob Polda Sumbar. “Sejarah jangan sampai putus, tumbuhkan jiwa patriotisme, tumbuhkan solidiritas insan Bhayangkara, NKRI adalah harga mati!,” pesan Kombes Ahmad Subarkah kepada regu napak tilas sesaat dilepas. (ran)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Batang Angkola: Upacara Perayaan HUT ke-68 Kemerdekaan RI

Sudah sekian tahun penulis tidak menikmati perayaan HUT Kemerdekaan RI di kampung halaman di Pintupadang, kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan. Dan kali ini penulis mendapatkan kesempatan setelah puluhan tahun dan pengalaman terindah merayakannya di saat penulis menjadi salah satu dari pasukan pengkibar bendera (Paskibra).


Hari ini, bertempat di lapangan sepak bola Pintupadang, Camat beserta unsur-unsur muspida setempat dan diikuti oleh ribuan anak sekolah dan masyarakat mengikuti acara pengkibaran bendera dalam rangka merayakan hari kemerdekaan. Upacara dilakukan dengan singkat dengan Camat kecamatan Batang Angkola, Bapak Hutasuhut bertindak sebagai inspektur upacara. Setelah selesai melakukan upacara, Bapak Camat beserta Kapolsek, Koramil, keluarga pahlawan, veteran perang serta unsur-unsur masyarakat melanjutkan acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan, Pintupadang.

Sebagai acara penutup adalah pawai dan deville yang diikuti oleh anak-anak TK, siswa dan siswi sekecamatan Batang Angkola.


Minggu, 05 Mei 2013

Wisata Spiritual Batu Cawan

Sumber: www.gobatak.com

Batu Cawan (batu sawan) yang terdapat disisi kaki pegunungan Pusuk Buhit di kecamatan Sianjur Mulamula adalah salah satu objek budaya Batak yang dianggap suci. Dianggap suci karena menurut sejarah, tempat inilah orang Batak percaya bahwa Raja Uti tinggal. Dimana diyakini bahwa dulunya raja-raja yang tinggal di daerah Pusuk Buhit menjadikan tempat pemandian yang suci.
Sekitar tahun 1996 tempat ini ditemukan oleh seorang bermarga Limbong lewat mimpi. Setelah ditelusuri ada suatu aliran air yang muncul dari permukaan tanah yang mengalir dari celah pebatuan melintasi tebing menjadikan air terjun kecil ke sebuah batu berbentuk seperti cawan besar. Yang pada ahkirnya kemudian tempat ini dipercaya tempat suci dan dikeramatkan digunakan tempat upacara ritual.
Ada keunikan dari tempat ini, dimana terbukti air yang mengalir sampai batu cawan (batu sawan) memiliki rasa. Tidak seperti air biasa, air di batu cawan (batu sawan) rasanya seperti air yang diberi perasan jeruk purut dan kecut-kecut serta segar alami. Batu Cawan (batu sawan) dipercaya airnya dapat menyembuhkan penyakit.
Orang Batak yang tinggal di daerah itu menyebutnya sebagai air berkah. Tempat ini menjadi salah satu tujuan orang Batak melaksanakan ritual. Yang jelas tempat ini mulai ramai dikunjungi sebagai tempat mengadakan acara ritual, baik yang berasal dari masyarakat sekitar, lokal bahkan dari luar negeri untuk berziarah.

Prosesi Ritual Batak Di Batu Cawan

Ada beberapa syarat jika anda ingin mengunjungi dan berziarah ke Batu Cawan (batu sawan). Daun sirih atau demban dan jeruk purut pilihan, selebihnya semua jalannya ritual akan dipandu juru kunci tempat tersebut oleh Ama Dapot Limbong. Lebih kurang 30 menit jarak yang ditempuh melalui jalan setapak yang sudah disemn rapi menujuk Batu Cawan (batu sawan). Tentunya persiapan yang lebih utama adalah kesiapan fisik karena rute yang akan dilalui menanjak. Serta kesiapan hati, tulus dan iklas.
ritual-doa-batu-cawanritual-doa-batu-cawan-2ritual-doa-batu-cawan-1 
Sesampainya di lokasi Batu Cawan (batu sawan), juru kunci dalam hal ini adalah A. Dapot Limbong akan menyiapkan segala sesuatunya, mulai mengenaikan pakaian hitam, memakai ulos dan mandar (sarung). Pengunjung yang akan mengikuti ritual tersebut terlebih dahulu memberikan persembahan (uang) dengan iklas juga tentunya, lalu masing-masing pengunjung akan diberi demban (daun sirih) untuk dipegang.
Juru kunci akan memulai ritualnya dengan memanjatkan doa serta menyampaikan niat-niat dan tujuan pengunjung dimana sudah diberitahukan kepada juru kunci sebelumnya. Dengan memangil Sumangot Ni Ompu Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) agar keinginan dan doa dipanjatkan di Pasu-pasu (direstui).
Lama ritual tergantung kepada keinginan-keingan dari pengunjung apa saja yang patut disampaikan. Dipenghuju ritual, juru kunci akan mengakhiri doanya serta menyarankan kepada pengunjung memanjatkan doa masing-masing (doa permintaan)/ tambahan), lalu meletakkan demban (daun siri) ke atas batu tempat persembahan didalam tandok kecil.
Air perasan jeruk purut yang dicampur dengan air yang berasal dari Batu Cawan (batu sawan) yang juga diletakkan bersamaan tandok persembahan tadi diminum secukupnya. Namun tidak menjadi keharusan untuk meminum air jeruk purut tersebut semua tergantung keinginan dan selera masing-masing. Barulah setelah ritual doa tersebut pengunjung disarankan “Marsuap” atau cuci muka di tepi Batu Cawan – tidak diperkenankan masuk kedalam Batu Cawan (batu sawan) untuk Marsuap atau mandi.

Jumat, 03 Mei 2013

Sungai Batang Angkola Meluap Rusak Tanaman Masyarakat

Sungai Batang Angkola yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan kemarin tanggal 2 Mei 2013 meluap dan merendam ratusan hektar tanaman produktif masyarakat berupa tanaman padi, jagung, pisang, ubi kayu dan lain-lain.
Tepatnya di desa Parmonangan - Payasomanggal yang berbatasan dengan Kabupaten Madina, Sumatra Utara. Adapun luapan itu diakibatkan turunnya hujan deras sepanjang sore dan malam di daerah Padangsidempuan dan sekitarnya sehingga mengakibatkan sungai Batang Angkola tidak mampu lagi menampung limpahan air hujan tersebut. Sampai berita ini diturunkan, hujan masih terus turun di hari Jumat sore 3 Mei 2013 hingga malam hari. 

Proyek irigasi yang terlantar
Diakui masyarakat setempat bahwa daerah ini merupakan langganan banjir setiap tahun dan hingga saat ini masyarakat belum merasakan manfaat campur tangan pemerintah di dalam mengatasi masalah ini. Bahkan desa Morang yang dulunya didiami puluhan kepala keluarga sudah hilang dan tinggal sejarah karena ditinggal penduduk yang selalu menjadi korban banjir Batang Angkola.

Adapun proyek irigasi di daerah ini terlantar bertahun-tahun sehingga masyarakat tidak bisa memaksimalkan lahan pertanian dan perkebunan mereka.
Masyarakatpun sangat mendambakan sawah dan desa mereka bebas banjir sehingga desa mereka bebas dari kemiskinan yang mendera bertahun-tahun. Masyarakat setempat juga menambahkan bahwa pemerintah kurang memperhatikan mereka karena desa mereka terletak diperbatasan antara Tapanuli Selatan dan Madina. Desa tersebut berada di Kabupaten Tapanuli Selatan namun yang memiliki lahan banyak yang dari kabupaten Madina sehingga antara kedua pemerintahan daerah merasa enggan untuk membangun infrastruktur di desa tersebut seperti misalnya irigasi yang baik serta jalan yang tidak pernah diperbaiki.